The Inspiration (short movie, 2011)

Sutradara: Nanda Ekaputra

Aktor/ Aktris: Bayurengga Mauludy (Bayu), Canesia Andhani (Anes)

Tempat/waktu nonton: Bioskop Kampus 9009 LFM ITB/ Februari

Film pendek ini adalah karya teman-teman saya di Liga Film Mahasiswa ITB (Nanda Ekaputra, Ghina Marros, Aszafaika Ladidinanda, Satwiko Wirawan).

Bercerita tentang Bayu yang ingin membuat film tapi kehilangan gairah karena tidak memiliki cerita yang indah. Sebagai teman yang baik, Anes mencoba memberikannya inspirasi dengan cara-cara unik dan ajaib. Mampukah Anes kembali menyalakan api semangat Bayu dalam membuat film?

Walau hanya berdurasi sekitar 10 menit (namanya juga film pendek), film ini secara ajaib mampu membawa perasaan saya. Kenapa ajaib? Karena walaupun ceritanya sederhana dengan dialog yang cenderung biasa, aura lucu dan manis dalam film ini bisa terasa sampai ke ujung rambut saya. Saya menyoroti 3 (tiga) hal yang dapat memunculkan aura lucu dan manis dalam film ini. Yang pertama adalah kemampuan akting. Saya dulu ikut menangis ketika Natalie Portman menangis di film Brother, itulah yang saya sadari ketika kemampuan akting begitu penting pada cerita yang biasa saja. Begitu juga dengan film ini, lengkung senyum saya, gelak tawa saya, menghangatnya hati saya, semua terjadi karena akting luwes dan chemistry para pemerannya yang membuat serasa dunia milik berdua (ah, dasar anak muda). Salut untuk Bayurengga dan Canesia, tapi jangan senang dulu, bukan berarti kalian sepiawai Natalie Portman, kalimat diatas hanya perbandingan saja.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Luwesnya akting pemainnya pasti tidak lain tidak bukan adalah hasil kerja sutradaranya. Pentingnya chemistry dan kentalnya aura film untuk membawa perasaan penontonnya adalah buah pemikiran suradara. Saya merasa kedua hal tersebut ada di film ini, oleh karena itu saya memberi tepuk tangan besar untuk Nanda Ekaputra. Saya yang dulu pernah menonton drama misteri buah tangan Nanda berjudul Prime Witness, merasa film ini (walaupun berbeda genre) merupakan bukti pembelajarannya dari arahan di bidang akting. Hal ketiga adalah pemilihan lagu (scoring) yang tepat. Lagu-lagu folk easy listening dari Baby Eats Crackers yang menyelimuti sebagian besar dari film ini semakin menghanyutkan penonton dalam aura sweet yang diusung.

Satu hal yang sebenarnya saya sayangkan adalah kurangnya eksplorasi ‘unik’ pada ‘cara-cara unik’ yang dilakukan Anes. Seperti contoh, Anes yang mengajak Bayu ke berbagai tempat ‘unik’. Beberapa dari berbagai tempat itu menurut saya ‘tidak unik’, hanya permainan efek visual stop motion yang membuat mereka ‘unik’. Tidak apa-apa, semua kekurangan itu terbayar dengan efek visual yang memanjakan mata. Efek visual tidak masuk kedalam The Three Big Things yang saya soroti di film ini karena menurut saya film ini adalah film art dimana sudah seharusnya kualitas visual dipertaruhkan disini. Namun hal ini menjadi poin plus di film ini.

Dikala balutan kemampuan akting, penyutradaraan, scoring serta efek visual dalam film begitu hebat, semua kekurangan bisa ditutupi. Salut kepada teman-teman saya yang sudah membuat film yang secara ajaib dapat memercikkan kehangatan di malam yang dingin itu. Oiya, ini pertama kalinya saya meresensi sebuah film pendek, juga pertama kalinya saya meresensi film buatan teman sendiri. Maaf kalau agak kritis, semata-mata dimaksudkan agar kalian terus berkembang. 🙂

TEASER THE INSPIRATION: