Sex and The City 2

“Seks di kota Abu Dhabi bukanlah hal yang selayaknya diangkat untuk sebuah film ‘berbudaya’ barat”

Ketertarikan saya dengan Sex and The City (SATC), walaupun saya tidak menonton film serinya, adalah karena ceritanya yang simple dan fashion-show nya. Ketika diisukan akan muncul SATC 2, sayapun berharap filmnya akan sebagus film pertamanya, yang dikala itu masuk ke jajaran box office sekian minggu berturut-turut di US. Jeleknya review-review yang ditulis para kritikus tidak menghalangi niat saya untuk menyaksikan kehidupan glamour Carrie Bradshaw dan teman-temannya di bioskop.

Film ini bercerita tentang Carrie yang mengalami ketakutan menjadi pasangan menikah yang membosankan, Samantha yang mengalami masa menopause, Charlotte yang gelisah dengan kehadiran nanny-nya, dan Miranda yang ingin keluar dari pekerjaannya. Suatu ketika Samantha diberi kesempatan untuk mengunjungi Abu Dhabi bersama teman-temannya. Disanalah, mereka menemukan solusi dari masalah yang sedang mereka alami.

Sayangnya, saya harus mengakui benar apa yang dikatakan para kritikus terhadap film ini. Cerita SATC 2 benar-benar mengecewakan, tidak masuk akal, dan sedikit rasis. Mengecewakan karena konflik yang diangkat terlalu standar, walaupun akhirnya tertutupi oleh lawakan bodoh dari Samantha dan fashion-show mereka di gurun pasir. (SPOILER ALERT) Tidak masuk akal karena menurut saya sangatlah berlebihan seorang Sheikh secara tiba-tiba memberi keempat wanita ini kamar gratis di Hotel Bintang 100 di Abu Dhabi berikut penerbangan VVIP, 4 Maybach beserta bodyguard selama satu minggu. Dan sedikit rasis, yang akan saya bahas di paragraf selanjutnya.

Entah mungkin saya hanya berlebihan dengan kata ‘rasis’ diatas, tetapi film ini banyak menyinggung adat ketimuran dan Islam. Sebagai gambaran, ada adegan dimana Samantha dikejar segerombolan pria muslim yang marah karena dia berpakaian terbuka. Tapi tidak dijelaskan alasan kenapa pria-pria tersebut mengejar Samantha, hanya dijelaskan bahwa ‘berpakaian tidak senonoh di Abu Dhabi akan mengundang amarah’. Di satu sisi, adegan ini cukup bodoh karena Samantha begitu keras kepala. Di sisi lain, adegan ini secara tidak langsung dapat mencerminkan betapa kolot dan anarkinya adat ketimuran dan Islam akan hal-hal tersebut. Walaupun hal ini mungkin berlebihan oleh orang ‘barat’ yang terbiasa dengan keterbukaan, tetapi seharusnya tidak diperlihatkan hingga memojokkan kaum ‘timur’.

Overall, film ini hanya patut ditonton jikalah anda seorang penggemar SATC, atau seorang pengamat lifestyle. Beruntunglah, walau saya bukan penggemar SATC, saya menyukai fashion dan kehidupan glamour. Sehingga dalam film ini pun, saya cukup terhibur dengan banyaknya pemandangan yang dapat memanjakan mata saya. Akhir kata, Selamat Menonton!

Sutradara: Michael Patrick King

Aktor/aktris: Sarah Jessica Parker, Kristin Davis, Cynthia Nixon, Kim Cattrall

Tempat/waktu nonton: Bioskop/ 3 Juni 2010

My personal Rate: 5.5/10