He loves me, he loves me not (2002)

**SORRY, THIS REVIEW CONTAINS SPOILER**

Sutradara: Charles Gassot

Aktor/aktris: Audrey Tautou (Angelique), Samuel Le Bihan (Loic), Isabelle Carre (Rachel)

Tempat/waktu nonton: film unduhan/ oktober

Sebelumnya saya minta maaf karena akan membeberkan spoiler. Sumpah, saya minta maaf.

Pernahkah kalian mencintai seseorang? Tidak diragukan lagi, bunga-bunga akan bermekaran dan burung-burung akan bernyanyi seiring kutub utara yang mencair karena dunia semakin hangat. Apalagi jika ia balik mencintai kita, rasanya seperti mendapatkan first-love kiss dari Pangeran tampan berkuda putih atau berhasil menyelamatkan Putri cantik dari ular naga milik nenek sihir. Tapi, apa jadinya kalau ternyata seseorang itu tidak mencintai kita?

Hal ini terjadi pada Angelique, seorang perempuan muda yang menekuni bidang seni. Angelique jatuh cinta kepada Loic, seorang dokter jantung tampan yang sudah beristri. Angelique yang cantik selalu membuat kejutan untuk Loic. Angelique tidak mengharapkan balasan kejutan, ia hanya berharap agar Loic bisa bersamanya. Namun, hal itu hanya harapan palsu, atau bisa dibilang hanya khayalan belaka. Loic sama sekali tidak mencintainya, bahkan ia tidak mengenalnya.

Nah. Apa yang ada di pikiran kalian tentang penyakit kejiwaan? Insane? Cold-blooded killer? Psycho? Sadomasochist? Pedophilia? Ehm, percayalah, hal itu juga terbesit di pikiran saya. Lalu, pernahkah terpikir di otak kalian kalau terlalu banyak berkhayal juga termasuk dalam penyakit kejiwaan?

Wow. Tidak ada kata lain selain wow. Saya tidak pernah membayangkan kalau berkhayal berlebihan adalah suatu penyakit kejiwaan. Hal itu dijelaskan di film ini. Film berjudul asli “A La Folie Pas Du Tout” ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian Angelique, bagian Loic, dan klimaksnya, bagian penyakit kejiwaan. Setiap bagian menceritakan tentang karakter masing-masing, tentang kehidupan mereka, dan bagaimana khayalan itu terwujud.

Penyakit kejiwaan selalu menyita perhatian saya. Begitu juga dengan film ini. Walaupun dari awal saya sudah tahu ceritanya karena dibeberkan spoiler oleh teman, saya tetap dengan setia menonton dan penasaran dengan akhirnya. Ini adalah film mengenai penyakit kejiwaan termanis yang pernah saya tonton. Ya, film ini menggabungkan dua hal yang sangat saya sukai, romansa dan penyakit kejiwaan. Ditambah lagi, ini adalah film romansa Perancis dengan Audrey Tautou sebagai aktris utama. Ah tidak, tidak mungkin saya menolak menonton film ini.

Saya minta maaf lagi karena telah memberikan spoiler, saya tidak menemukan cara lain untuk memberitahu anda tentang bagusnya film ini. Jadi selamat berburu filmnya, dan pastikan anda menonton sampai habis!

My personal rate: 8/10

Micmacs (2009)

Sutradara: Jean Pierre Jeunet

Aktor/aktris: Dany Boon (Bazil), Andre Dussollier (Nicolas), Nicolas Marie (Francois)

Tempat/waktu nonton: film unduhan/ akhir juli

Film ini bercerita tentang Bazil, seorang pria yang ayahnya meninggal karena tidak sengaja menginjak bom. Ketika sedang menjaga toko, kepalanya terkena peluru nyasar. Suatu hari, secara tidak sengaja Ia menemukan gedung yang berlambang sama dengan lambang di pelurunya, juga gedung berlambang sama dengan bom yang diinjak ayahnya. Merasa dendam dengan kedua perusahaan itu, Ia pun menuntut balas dengan caranya sendiri.

Komedi Perancis. Hmm, satu hal yang saya suka dari film komedi perancis adalah unsur ke-tidak-terduga-annya. Biasanya terlihat dalam berbagai adegan bodoh out of the box yang walaupun-aneh-tapi-entah-mengapa-menggelitik, atau gesture aktor-aktris nya yang berlebihan-tapi-terkadang-lucu. Dan kedua hal tersebut bercampur dalam film ini. Adegan bodoh dan gesture berlebihan itu membuat cerita balas dendam yang sederhana menjadi luar biasa.

Jalan ceritanya benar-benar mengingatkan saya pada film Amelie (2001), dimana Amelie yang diperankan oleh Audrey Tatou, membantu hidup orang lain dengan membalaskan dendam tersembunyi mereka dengan cara jahil. Kata “dendam” yang sederhana dikaitkan dengan kata “jahil” yang tidak terduga, dan Voila, jadilah ramuan untuk membuat komedi luar biasa. Hmm, mungkin pengaruh sutradaranya yang sama, Jean Pierre Jeunet.

Film komedi tidak selamanya menggelitik. Sama halnya dengan film ini. Tidak semua adegan bodoh dan gesture berlebihan dapat menjepit saraf ketawa saya. Entah mungkin selera humor saya kurang bagus, tapi beberapa adegan di film ini entah kenapa terasa terlalu dipaksakan. Adegan bodohnya terkadang tidak masuk di akal dan gesture berlebihannya kadang terlalu.. berlebihan. Suka duka film komedi. Berhasil karena ditertawakan manusia, atau gagal karena ditertawakan jangkrik.

Maaf Jean, menurut saya, anda tidak berhasil membuat film yang lebih baik dari Amelie. Tapi walaupun begitu, film ini cocok menjadi teman sore yang ceria. Jadi, selamat menonton!

My personal Rate: 7/10