Four Lions (2010)

**SARA ALERT! (film ini mengandung unsur SARA)**

Sutradara: Christoper Morris

Aktor/aktris: Kayvan Novak (Waj), Riz Ahmed (Omar), Nigel Lindsay (Barry), Adeel Akhtar (Faisal)

Tempat/waktu nonton: Film unduhan/ desember

“What, man? Just cos I’m Muslim, you thought it was real?” – Hassan, carrying a fake bomb.

Islam dan terrorism adalah dua hal yang entah kenapa susah dipisahkan. Saya sudah menunggu film ini lama sejak saya membaca artikelnya di web. Yang membuat saya tertarik tentu saja dua hal yang susah dipisahkan itu. Kenapa? Tentu saja jawabannya mudah, karena ingin mengetahui pendapat orang luar mengenai agama saya, kepercayaan yang entah kenapa dipercaya sebagai biang aksi terrorism.

Film ini bercerita tentang 4 orang muslim keturunan Arab (atau Pakistan atau Turki atau apapun itu anggap saja Arab) yang tinggal di Inggris. Mereka mempunyai impian untuk menjadi mujahidin (martyr, mati sahid). Mereka hanya sekumpulan orang yang ingin berjihad dan mereka tidak pintar. Mereka melakukan banyak cara untuk menjadi jihad mulai dari menjadi prajurit perang, sampai menjadi teroris dan membuat bom. Tapi tentu saja, karena mereka tidak pintar, banyak kebodohan yang mereka lakukan.

Menurut saya, Four Lions adalah suatu bentuk black comedy yang unik. Film ini bagaikan double-sided sword, kalau anda menontonnya anda mungkin entah akan marah atau tertawa. Hal itu tergantung bagaimana anda mencerna ceritanya. Saya? Saya tertawa. Saya belum pernah tertawa begitu lepas menyaksikan film bergenre serupa. Mungkin saya terlalu serius dengan isu yang diangkat pada film bergenre serupa, maka yang keluar hanya tawa serius. Tapi kali ini sensasinya lebih dari minum teh bersoda itu. Entah karena memang leluconnya kelewat bodoh, atau karena saya mengerti betul isu yang diangkat.

“Look, the way to stop the Federals tracking you is simple. You eat your SIM card.” – Barry.

Leluconnya kelewat bodoh. Bisa dilihat dari sinopsisnya, mereka tidak pintar dan mereka ingin berjihad menggunakan cara-cara seperti itu. Bisa dibayangkan sendiri kan? Pasti banyak adegan dan dialog slapstick nan bodoh yang ada di film ini. Kasihanilah saya, menertawakan saudara sendiri. Tapi mereka kelewat bodoh saya tidak mungkin tidak tertawa. Sesuai yang saya bilang diatas, film ini unik, anda mungkin menganggapnya komedi atau malah terprovokasi. Tapi buat apa susah, ambil positifnya saja.

Mengerti betul isu yang diangkat. Saya bukan seorang yang taat beribadah, tapi saya mengerti betapa sucinya ber-jihad. Tapi tentu saja tidak dengan hal-hal bodoh yang bahkan tidak ada di kitab suci. Saya bukan Aa Gym atau Mama Dedeh yang berhak memberi kultum, tapi ya lihat saja fakta banyaknya aksi terorisme di dunia. Dan fakta yang selalu meresahkan saya ini, membuat saya semakin tertawa lebar menonton film ini.

Black comedy unik, double-sided sword, slapstick, SARA, dan provokasi. Banyak kata untuk mendeskripsikan film ini. Kata-kata diatas pula adalah saran dari saya untuk anda yang ingin menonton film ini. Perlu diingat, film hanyalah media visual untuk menyampaikan pesan, apapun pesan itu, pastikan untuk mengambil sisi positifnya. (perlu diingat pula ini adalah kali pertama saya menulis kalimat bijak..…. :p) Selamat menonton! Oiya, film ini diambil dengan teknik shaky-cam mirip dengan film dokumenter, siap-siap bagi anda yang kurang suka dengan pengambilan gambar dengan cara ini.

My personal rate: 8/10