Alice in Wonder-burton-land

ALICE IN WONDERLAND (2010)

Walt Disney. Rumah Produksi ini dicintai oleh semua kalangan. Apapun judul filmnya, pasti diterima dan disanjung oleh hampir semua orang. Walt Disney banyak mengeluarkan film fantasi kartun anak-anak yang hampir pasti kita semua pernah menontonnya. Salah satu film fantasi yang dikeluarkan pada kala itu adalah Alice in Wonderland. Alice in Wonderland adalah film kartun yang menurut gue, sasaran penontonnya kurang jelas. Kenapa? Gambar kartun Alice in wonderland memang lucu, pantas untuk pasaran anak-anak pada saat itu, tapi dari segi cerita, sama sekali bukan untuk anak-anak. Ceritanya berat dan kompleks, karena sebetulnya novelnya sendiri berbahasa susah dan bukan bacaan anak-anak.

Re-make film Alice in wonderland (AIW) versi orang sudah terdengar dari 2 tahun lalu. Adalah Tim Burton, yang dipercaya Walt Disney untuk menyutradarai film ini. Tim Burton adalah sutradara yang terkenal dengan aura film gelap dan aneh tapi bagus, contoh film yang pernah dikerjakannya adalah sweeney todd, nightmare before christmas (produser), charlie and the chocolate factory, batman (1992-1997), edward scissorhand, dll. Setelah trailernya keluar tahun lalu, film ini masuk ke “Daftar Wajib Tonton 2010” gue.

Film ini bercerita tentang Alice (Mia Wasikowska) yang sudah beranjak dewasa. Dia kembali ke dunia Underland (wonderland) untuk menolong dunia fantasinya itu. Diceritakan bahwa Red Queen (Helena Bonham) telah mengambil tahta adiknya, White Queen (Anne Hathaway) dan mengubah Underland menjadi negara yang kacau balau dan berantakan. Di ramalan takdir Underland, telah dijelaskan bahwa pada “Frabjous day” akan ada pertarungan antara Red Queen dan White Queen untuk perebutan tahta. Pada saat itu, naga peliharaan Red Queen (Jabberwock) akan menyerang, dan hanya Alice-lah yang sanggup membunuh naga itu dengan pedang Volkar. dibantu Mad Hatter (Johnny Depp), Tweedledee & Tweedledum, Mare, dkk, Alice mencari pedang Volkar dan membantu White Queen merebut tahtanya kembali.

Film ini bisa dibilang adalah lanjutan alice muda (versi kartun). Sebagian besar karakter dan cerita film ini diangkat dari novel kedua Lewis Carrol, “through the looking glass, and what alice found there”. Tokoh-tokohnya sendiri kebanyakan masih sama dengan film terdahulunya. Tapi bagi yang belum pernah nonton atau lupa dengan cerita AIW kartun, jangan takut karena segalanya dijelaskan di film ini, walaupun tidak sejelas film kartunnya. Pada film ini diceritakan kalau Alice dewasa sudah lupa dengan wonderland, jadi banyak kejadian yang mirip dengan kejadian pada saat ia muda untuk me-refresh kembali ingatan dia.

Cerita dan alurnya sendiri sama sekali tidak ada masalah buat gue. Jelas dan deskriptif. Seperti yang gue bilang di paragraf sebelumnya untuk yang lupa dengan AIW kartun. Buat non pembaca novelnya juga tetap ngerti kok, contohnya gue. Dan buat pembaca novelnya, dijamin tidak akan kecewa karena filmnya tidak ngalor-ngidul dari cerita dan alur novel. Dialog-dialog di film ini bagus dan penuh makna, apalagi kalau dicerna secara baik dan benar. Linda Woolverton sebagai scriptwriternya sanggup memberikan cerita dan dialog yang lebih ‘anak-anak’.

Seperti pada film-film Tim Burton terdahulu, aura gelap dan creepy di film ini sangat kental. Penuh grafis CGI dan make-up super aneh. Tapi itu bukan kekurangan dari film ini, justru itu membuka pandangan kita tentang wonderland. Wonderland tidak selamanya wonderful. Tapi itu bukan berarti visualisasinya tidak mantap. CGI di film ini bener-bener keterlaluan kerennya. Walaupun sedikit-sedikit masih keliatan kasar, tapi secara keseluruhan hal itu bisa dimaafkan karena adegan-adegannya sanggup membuat mulut menganga.

Overall, film yang dapet 3/4 bintang dari Roger Ebert ini sangat gue rekomendasikan. Di Indonesia, film ini keluar dalam dua versi visual, 2D dan 3D. Film ini visualisasinya bagus banget (segaul Avatar), asik banget kalau ditonton 3D, bener-bener akan memanjakan (sekaligus memusingkan) mata. Tapi dialog di film ini susah dicerna bahasanya karena british accent-nya kental banget, enaknya ditonton di 2D karena ada subtitle yang seenggaknya bakal membantu kita mengerti dialog dan inti cerita. Saran gue, lebih baik nonton 2D dulu baru 3D, tapi itu hanya saran selanjutnya terserah anda. Tanpa panjang lebar lagi, Selamat Menonton!

My Personal Rate: 8/10